Ingatku...tentangmu
selasa, 11.45
mendung...
matahari bersembunyi di balik awan kelabu
angin enggan menyapa
resah menyentuhku
dan tentangmu...
senyum yang tak pernah lekang
dan ingatmu...
sinar mentari yang menghangatkan
lalu, angin pun berhembus menyejukkan
: selalu...!
kupu
Selasa, 20 November 2012
AYO,
SEKILAS MENGENAL ETIMOLOGI !
Oleh: Wiwik Andrianti, S.Pd.
Bahasa itu
selalu berkembang, khususnya bahasa Indonesia. Begitu banyak kata-kata baru
baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Ada beberapa makna bahasa
berubah maupun bergeser, sungguh sangat dinamis.
Etimologi adalah sebuah cabang ilmu
dalam kebahasaan yang mempelajari asal-usul sebuah kata. Pernyataan tersebut menyiratkan
bahwa kata memiliki sejarah, memiliki asal-usul. Dia lahir, tumbuh, dan berkembang. Ada yang hidup terus dipakai
masyarakat pemakai bahasa, dan sebaliknya ada yang begitu lahir terus
menghilang. Contohnya kata ‘sangkil dan mangkus’ yang beberapa saat lalu pernah
muncul sebagai pengganti kata ‘efektif dan efisien’, bahasa ini diambil dari
bahasa Sunda, tetapi hanya sesaat karena masyarakat pemakai bahasa lebih
memilih kata ‘efektif dan efisien’. Hal ini mungkin karena kata ‘efektif dan
efisien’ lebih lama digunakan dan lebih mudah diingat.
Nah! Mari kita coba melihat sekilas
tentang beberapa kata yang menarik untuk dikupas secara etimologinya!
1. Apakah itu
‘empon-empon’?
2. Apakah
hubungan antara kata ‘harta,arti, dan permata’?
3. ‘Lebaran,
lebaran atau leburan’ ?
4. Apakah itu
‘unggah dan unduh’ ?
Empon-empon adalah akar tanaman yang biasa digunakan
sebagai bumbu dapur atau obat-obatan tradisional misalnya: jahe, kunyit,
lengkuas, laos dsb. Mengapa dinamakan empon-empon? Berdasarkan etimologi ‘empon-empon’ diambil
dari bahasa Sansekerta yang mempunyai makna ‘ibu jari yang beruas-ruas’,
sehingga akar tanaman yang fisiknya berbentuk seperti ibu jari yang beruas-ruas
tersebut dinamakan ‘empon-empon’.
Dalam komunikasi sehari-hari kita sering menggunakan
kata ‘harta’, ‘arti’, dan ‘permata’. Siapa mengira kalau ketiga kata tersebut
mempunyai hubungan makna yang sangat erat? Ketiganya berasal dari sejarah
kelahiran yang sama, berasal dari akar yang sama. ‘Harta dan arti’ berasal dari
bahasa Sansekerta ‘artha’ yang bermakna ‘guna’ sedangkan ‘permata’ dari kata
‘parama’ yang bermakna ‘guna yang utama’. Jadi secara etimologis ketiga kata
tersebut bermakna arti atau guna yang utama.
Sekarang, coba lihat apa maknanya? Terjadi pergeseran
makna/perubahan makna.
Seluruh umat Islam di dunia pasti merayakan hari
raya Idul Fitri setiap tanggal I syawal, sekali dalam setahun. Umat Islam di
Indonesia biasa menyebutnya LEBARAN, sebagai hari kemenangan setelah berpuasa
sebulan penuh di bulan Ramadhan. Idul Fitri berasal dari bahasa Arab, ‘id-al
fitr’ yang bermakna hari raya kecil.
Bagaimana dengan LEBARAN?
Ada
anggapan LEBARAN berasal dari kata lebar dalam bahasa Indonesia. Artinya
lebaran adalah saatnya melebarkan hati untuk saling memaafkan. Namun bila
benar, seharusnya lebaran ditulis
lebaran ( e dilafalkan seperti melafalkan kata bebek). Ada juga yang
beranggapan LEBARAN berasal dari kata ‘lebur’ yang berarti ‘luluh’ atau
‘hancur’, maksudnya pada saat lebaran dosa-dosa kita hancur setelah berpuasa
dan bermaaf-maafan. Seandainya ini pun betul seharusnya LEBARAN tertulis
LEBURAN, bukan LEBARAN. Setelah ditelusuri (Melodi Violin, Artikel Bahasa,
2010), LEBARAN berasal dari bahasa Jawa dan Sunda. Dalam bahasa Jawa dari kata
lebar yang berarti ‘sesudah atau setelah’, dalam bahasa Sunda dari kata lebar
yang berarti ‘bebas, lepas, selesai, sudah, dan berakhir’. Supaya menjadi kata
benda akhiran –an dilekatkan, Lebaran.Karena jumlah penutur bahasa Jawa dan Sunda
adalah jumlah penutur bahasa daerah yang terbesar pertama dan kedua di
Indonesia, kata lebaran segera diserap ke dalam bahasa
Indonesia.
Ada kata baru dalam perbendaharaan bahasa Indonesia ‘unggah’
padanan dari kata ‘upload’ dan ‘unduh’ padanan dari kata ‘download’. Kompas yang paling sering menggunakan
kata tersebut. Secara etimologi unggah bermakna mendudukkan orang(biasanya anak
kecil) ke tempat yang lebih tinggi, dan lebih sederhana lagi diartikan ‘naik’.
Sedangkan ‘unduh’ diartikan sebagai ‘mengambil’, dalam tradisi JAwa mengunduh
adalah mengambil/memanen hasil tanaman. Kemauan dan kreativitas untuk mengganti
serapan asing dengan bahasa daerah kita perlu diacungi jempol, menyebar pada
masyarakat pemakai bahasa dan diminati, digunakan sampai saat ini.
Nah! Demikianlah sekilas tentang ETIMOLOGI. Semoga bermanfaat.
RPP SMK kelas X
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP- NO. 1.1
Nama Sekolah
|
:
|
SMK Negeri 8 Malang
|
Mata Pelajaran
|
:
|
Bahasa Indonesia
|
Kelas / Semester
|
:
|
I / Ganjil
|
Alokasi Waktu
|
:
|
3 x 45 menit (1 pertemuan)
|
Standar Kompetensi
|
:
|
Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana.
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
1.1 Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi
dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak
|
Indikator
|
:
|
1.
Mengidentifikasi informasi
lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku (rasa ingin tahu)
2.
Menunjukkan contoh kata yang dilafalkan dengan intonasi
dan jeda yang tidak baku dan yang baku dengan benar (kerja keras)
3.
Mengungkapkan komentar terhadap
lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku (kreatif)
|
Nilai Karakter
|
:
|
Rasa
ingin tahu, kerja keras, kreatif
|
I. TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat mengidentifikasi informasi lafal, tekanan, intonasi,
dan jeda yang lazim/baku dengan mengategorikannya degan tepat
2. Siswa
menunjukkan contoh kata yang dilafalkan dengan intonasi dan jeda yang tidak baku
dan yang baku dengan benar
3. Siswa mengungkapkan
komentar terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang
lazim/baku
setelah menyimak dialog bertema “Runtuhnya Kapitalisme Global” dengan tepat
II. MATERI AJAR
Bahasa
termanifestasi dalam bentuk kalimat. Kalimat terdiri dari unsur segmental dan
unsur suprasegmental. Unsur segmental berupa rentetan bunyi yang dilambangkan
dengan huruf yang diucapkan dengan lafal. Unsur suprasegmental berupa intonasi.
Unsur terpenting dalam intonasi adalah : tekanan, nada, durasi, dan
jeda/perhentian.
1.
Tekanan
Tekanan/ stress à
keras-lembutnya bagian ujaran tertentu.
Dalam bahasa-bahasa tertentu, tekanan berfungsi
untuk membedakan arti. Misalnya, bahasa Arab, /la/ artinya ‘sungguh’ ,
sedangkan /la/ artinya ‘tidak’ . Dalam
bahasa Batak Toba, /bontar/ artinya’putih’, sedangkan /bontar/ artinya ‘darah’.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, tekanan diberikan pada kata atau bagian
tertentu dari kalimat yang dipentingkan atau dipertentangkan dengan kalimat
lain.
Contoh :
-
Buku itu dibeli oleh paman
-
Buku itu dibeli oleh paman
2
Nada
Nada/pitch à naik turun / tinggi rendahnya arus
ujaran dalam pelafalan kalimat. Nada tinggi dipakai oleh yang sedang marah,
sedangkan nada rendah dipakai oleh orang yang sedanga sedih. Nada
memiliki peranan penting dalam pembentukan isi/jenis kalimat. Kalimat berita
menggunakan nada akhir menurun, dilambangkan dengan tanda titik (.), Kalimat
perintah menggunakan nada mendatar, dilambangkan dengan tanda seru (!). Kalimat
Tanya menggunakan nada akhir naik, dilambangkan dengan tanda Tanya (?).
3. Durasi
Durasi à panjang
pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan segmen bahasa.
Contoh :
-
Lukisan
itu indah sekali.
-
Lukisan
itu in__dah sekali.
-
Lukisan
itu indah__ sekali.
4.
Jeda /Perhentian
Jeda merupakan
kesenyapan antarbagian ujaran yang mengisyaratkan batas-batas satuan ujaran.
Kesenyapan-kesenyapan itu dapat membatasi kata, frase, klausa atau kalimat. Dalam
bahasa tulis kesenyapan ditandai dengan : garis miring (/), tanda koma (,),
titik koma (;), titik dua (J, tanda
hubung (-), ataupun tanda pisah (--).
Secara fungsional unsur-unsur segmental
kalimat mengemban suatu fungsi, apakah sebagai subjek (S), predikat (P), objek
(O), ataupun keterangan (K). Sebuah
kalimat lengkap harus ada S dan P dengan intonasi selesai. Sedangakan kalimat
tak lengkap intonasinya terasa tidak selesai.
Kalimat Lengkap
|
Bukan Kalimat lengkap
|
-
Adegan
itu menakjubkan.
-
Menakjubkan
adegan itu
|
-
Adegan
yang menakjubkan itu
-
Itu
adegan
|
Bahasa baku merupakan salah satu
variasi bahasa yang pada umumnya mengacu pada bahasa orang terdidik/terpelajar
dalam situasi resmi/formal baik lisan maupun tulis dengan tidak menampakkan
cirri kedaerahan atau asing.
Bahasa
baku sering digunakan dalam :
1)
Komunikasi resmi, misalnya surat resmi atau dinas,
pengumuman resmi,perundang-undangan.
2)
Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, buku
keilmuan, tesis, desertasi.
3)
Pembicaraan di lembaga, di sekolah, kuliah, rapat,
konferansi, konggres, pidato kenegaraan.
4)
Pembicaraan dengan orang yang dihormati, dengan atasan,
pejabat, guru/dosen, dengan orang yang baru dikenal.
Ciri-ciri Bahasa Baku :
1). Menggunakan lafal, tekanan,
intonasi yang sesuai dengan sistem bunyi bahasa Indonesia.
2)
Menggunakan
penempatan jeda yang sesuai dengan satuan makna/sintaksisnya.
3)
Dalam
bahasa tulis, harus sesuai dengan EYD dan Pedoman Pembentukan Istilah.
4)
Menggunakan kata-kata baku yang sesuai dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Menghindari
pemakaian bahasa gaul, daerah maupun asing.
5)
Menghindari
pemakaian bentuk-bentuk ketatabahasaan yang menyimpang dari kaidah baik
morfologi maupun sintaksis.
III.
METODE PEMBELAJARAN
-
Metode
: Performansi
-
Strategi :
Dengarkan-Contohkan-Ungkapkan-Perankan
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
- Kegiatan Awal
(15 menit) :
1) Siswa
mengondisikan kelas, berdoa, dan presensi.
2) Siswa
menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
3) Siswa
menghubungkan tujuan pembelajaran dengan pelafalan dari bahasa ibu yang
digunakan
4) Siswa
bertanya jawab tentang lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim
B. Kegiatan
Inti (100 menit) :
1) Siswa menyimak rekaman berita yang bertema Runtuhnya Kapitalisme Global
2) Siswa mencatat lafal, tekanan, intonasi, dan jeda
yang terdapat dalam rekaman tersebut dengan penuh rasa ingin tahu.
3) Siswa megungkapkan secara lisan tentang lafal,
tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim yang telah diidentifikasi dari rekaman
tersebut.
4) Siswa membandingkan lafal, tekanan, intonasi, dan
jeda yang tidak lazim dengan yang lazim yang telah diidentifikasi dari rekaman
tersebut.
5) Siswa membuat contoh kata dan kalimat dengan lafal,
tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku
6) Siswa mengaplikasikan lafal, tekanan, intonasi, dan
jeda yang lazim/baku dalam konteks berperan sebagai pembaca berita dengan kerja
keras.
7) Siswa menampilkan pembacaan berita secara kreatif
dengan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku secara bergiliran.
8) Siswa lain memberi komentar terhadap lafal, tekanan,
intonasi, dan jeda yang lazim/baku dari pembacaan temannya secara kreatif.
C.
Kegiatan Akhir (20 menit) :
1) Siswa bersama dengan guru memberi kesimpulan
terhadap pembelajaran tentang lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang
lazim/baku
2) Siswa mengaitkan kegiatan menyimak untuk
mengidentifikasi lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dalam
kehidupan sehari-hari
3) Siswa menyimak informasi tentang pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya.
V. MEDIA
-
Rekaman
pembacaan berita bertema Runtuhnya
Kapitalisme Global
VI. SUMBER BELAJAR
-
Permatahati,
Indah. 2012. Bahasa Indonesia Semester 1.
Tidak diterbitkan. (hal 2-10)
-
Irman, Mohammad.2008.Bahasa Indonesia 1untuk SMA/MAK Semua Program Kejuruan Kelas X. Depdiknas:Jakarta
(BSE)
VII. PENILAIAN
1.
Jenis Penilaian : tes
Bentuk Penilaian : tes menyimak
Instrumen : Perintah
kerja siswa!
Buatlah teks berita kreatif kemudian bacakan di depan
dengan memperhatikan lafal, intonasi, tekanan, dan jeda yang lazim/baku!
Rubrik Penilaian
No
|
Nama
|
Aspek yang
Dinilai
|
|||
Lafal
|
Intonasi
|
Tekanan
|
Jeda
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Lafal
Skor 5 jika
pengucapan/pelafalan jelas, volume sesuai
Skor 3 jika
pengucapan/pelafalan kurang jelas, volume kurang sesuai
Skor 1 jika
pengucapan/pelafalan tidak jelas, volume tidak sesuai
Intonasi
Skor 5 jika intonasi/naik turun
suara tepat
Skor 3 jika intonasi/ naik
turun suara kurang tepat
Skor 1 jika intonasi/ naik
turun suara tidak tepat
Tekanan
Skor 5 jika tekanan pada
bagian-bagian tertentu tepat dan sesuai dengan maksud
Skor 3 jika tekanan pada
bagian-bagian tertentu kurang tepat dan sesuai dengan maksud
Skor 1jika jika tekanan pada
bagian-bagian tertentu tidak tepat dan sesuai dengan maksud
Jeda
Skor 5 jika jeda tepat dan
sesuai maksud
Skor 3 jika jeda kurang tepat
dan sesuai dengan maksud
Skor 1jika jeda tidak tepat dan
tidak sesuai dengan maksud
2.
Jenis Penilaian : nontes
Bentuk Penilaian : Pengamatan
Instrumen : Lembar
pengamatan (daftar cek (√))
No.
|
Nama siswa
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
|
Menunjukkan reaksi kinetik seperti memperhatikan dan
mencatat selama kegiatan menyimak dengan penuh rasa ingin tahu
|
|
|
|
|
Membuat contoh kata, frasa, kalimat yang mengandung
lafal, intonasi, tekanan, dan jeda yang lazim/baku dengan kerja keras
|
|
|
|
|
Membandingkan contoh kata, frasa, kalimat yang
mengandung lafal, intonasi, tekanan, dan jeda yang lazim/baku dengan yang
tidak baku dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif
|
|
|
Nilai
akhir = Skor yang didapatkan siswa x
100
Skor maksimal
(20)
Mengetahui,
Kepala
SMKN 8 MALANG
Drs. H. Adi Priyono, M.Pd.
NIP19560530 198403 1 006
|
Malang, Juli
2012
Guru mata Pelajaran
Wiwik Andrianti,S.Pd
NIP197109112006042019.
|
Langganan:
Postingan (Atom)